Meracik Makna

“Apapun alasan yang ada, saya memang senang menulis dan saya akan memenuhi keinginan saya untuk tetap menulis. Jika apa yang saya tulis adalah sesuatu yang benar maka alhamdulillah, tetapi jiika tidak maka astagfirullah. (Hasan alBanna)

Selasa, 26 Februari 2013


PENDIDIKAN EKONOMI SYARIAH; MENYAMBUT MASA KEEMASAN INDONESIA
Oleh: Multazam Zakaria 
Sharia Economics and Banking Institute (SEBI)

Pengantar
Dalam Terminologi sejarah ekonomi konvensional, dikenal istilah the great gap dan the dark ages. Ini merupakan masa kekosongan sekaligus masa kegelapan yang sangat panjang bagi ekonomi konvensional, sekitar 1300 tahunan.
Berbeda 180 derajat jika kita melihat jejak rekam sejarah ekonomi islam, justru pada masa ke gelapan (dark ages) ekonomi konvensional merupakan the golden ages (masa keemasan) dalam terminologi ekonomi islam. Sejarah mencatat, bahwa masa itu adalah masa dimana ekonomi islam menggapai puncaknya. Munculnya para ilmuwan dan pemikir ekonomi islam pada saat itu menjadi salah satu indikasi keemasannya. Mulai dari masa Rasul saw, kekhalifahan, Sayyiduna Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib. Lalu dilanjutkan pada zaman umayyah, abbasiyyah satu dan abbasiyyah dua. Maka muncullah nama Hanifa, Syafi’I, Abu Yusuf, Hambali, Farabi, al-Gazali, Ibnu Rusd, Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun, dan lain sebagianya.

“Circle of Equity”, Sebuah Pemikiran Ekonomi Politik Dari Ibnu Khaldun

Oleh : Multazam Zakaria
Sharia Economics and Banking Institue (SEBI)

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh di antara kamu, sungguh Dia akan menjadikan mereka menjadi pemimpin di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan pemimpin orang-orang sebelum mereka, dan sungguh Dia meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan sungguh Dia akan menggantikan ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka menyembah-Ku, tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu. Dan barang siapa yang ingkar sesudah yang demikian itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”(QS. An-Nuur: 55)

Saya pernah menulis di salah satu Koran Harian, dimana tulisan itu mencoba menilisik kembali artikel Ir.Soekarno yang ditulis sebagi respon terhadap kelompok yang menyebut dirinya “kaum nasionalis konstruktif” yang menuduhnya terlalu banyak omong. Tapi saya menitikberatkan peran penting ulama terhadap pembangunan daerah dulu dan kini, dimana ulama ini sendiri dalam istilah

Minggu, 24 Februari 2013


Indonesia Negara “Surga-Jahannam”
Oleh:
Mahasiswa Sharia Econnomics and Banking Institute (SEBI)

Ilustrator 'Surga-Jahannam' by Multazam Zakaria
Indonesia Negara “Surga-Jahannam”,  ini statmen yang mungkin jarang terhembus ke khalayak semesta, bahkan mungkin belum pernah sebelumnya. Karena dalam ajaran islam, tidak mungkin menggabungkan antara ‘surga’ dan ‘jahannam’, karena jahannam sendiri merupakan sebuah nama dari tempat yang menjadi antonim dari surga, namun dalam dunia linguistik, semua bisa dilakukan asalkan dilandasi alasan yang kuat dan bisa dipertanggungjawabkan. Maka kata kunci dari tulisan ini yang nantinya akan menjadi referensi untuk memahami istilah ‘surga-jahannam’ adalah dengan menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan sederhana dan menggelitik berikut  ini, apa itu Indonesia? Apa itu surga? Dan apa itu jahannam?.

Jumat, 15 Februari 2013


HATI TANDUS
Gersang.. Lirih hati yang terlanjur  tandus
Menanti mata air yang entah dimana
Pun dunia terus menganiyaya
Memporak-poranda jiwa tiada berkeping
Perih lukanya pun semakin menganga
Derita berkepanjangan, kehausan cinta, kekeringan kasih, kehambaran rasa, kehampaan sukma, menjadi mufradat harian hati tandus

Bodoh… lirih hati tandus
Iapun semakin diperbodoh oleh kepintaran sendiri
Karena memang ia tak secerdas iblis

Jumat, 08 Februari 2013

Untuk Kesekian Kali Aku Menipu Tuhan

******          
“Maka yang terpenting adalah bukan membalik hati kita, tapi bagaimana tetap bertahan dalam balikan kebaikan, itulah prestasi.”
                    ******                               
 “Ya Allaaaaaaah…, Maafkan aku yang sudah ingkar janji kepada-Mu, maafkan aku yang sudah kesekian kali mengkhianati sumpah suciku kepada-Mu, maafkan aku yang sudah ke-sekan-kali menipu-Mu ya Allaaaaah. Kuserahkan semuanya hanya kepada-Mu.” Isak Yusuf al-Rijly.
_____________________________________________________________________________
Berbolak-balik adalah sifat muthlak dari suatu organ yang biasa kita sebut hati.  Hati, ya hatilah yang selama ini kita sebut sebagai sumber atas setiap gerak dan rasa, pun ternyata berbolak-balik. Bahasa sekarangnya barangkali kita menyebutnya dinamis, bergerak dan berubah-ubah, kadang baik kadang juga buruk, kadang sedih, kadang juga bahagia. Maka yang terpenting adalah bukan membalik hati kita, tapi bagaimana tetap bertahan dalam balikan kebaikan, itulah prestasi. Itulah sebabnya mengapa Rasul saw mengajarkan kita do’a “Allahumma Ya Muqollibal Qulub, Tsabbit Qolbii ‘Ala Dinik”, Ya Allah yang Maha Membolak-balikkan hati, kokohkanlah hati kami atas agama-Mu.