Meracik Makna

“Apapun alasan yang ada, saya memang senang menulis dan saya akan memenuhi keinginan saya untuk tetap menulis. Jika apa yang saya tulis adalah sesuatu yang benar maka alhamdulillah, tetapi jiika tidak maka astagfirullah. (Hasan alBanna)

Minggu, 11 November 2012


KETIKA CINTA MENJADI BENCANA
Bojongsari, (11/11/12. 15:03 WIB)
Bismillahirrahmanirrahim
Siapapun yang membaca catatan ini, saya berharap dapat mengambil hikmah dan manfaat. Saya memohon keikhlasan para pembaca agar Allah membuka pintu hati saya untuk terus merajut cinta bersama-Nya.
Allahumma Inni A’udzubika Minal Kibri waRriya (Ya Allah Aku Berlindung Kepada-Mu dari Sifat Sombong dan Ingin Dilihat)
Entah apa yang kurasakan dahulu, mungkinkah kenikmatan cinta dari Allah atau apa? Saya masih mampu mengindrakannya meski samar dalam benak. Saya tidak ada niat sedikitpun untuk sombong atau menyebut-nyebut kebaikan saya. Bahkan saya menganggap itu bukanlah kebaikan saya, melainkan saat itu Allah sedang mensifati saya dengan sebagian sifatnya. Wa Amma Bini’mati Robbika Fahaddits, maka adapun dengan nikmat Tuhanmu maka sebutlah.

Baiklah, sengaja saya sajikan ini sebagai pengantar agar pembaca bisa mengintrepretasi lebih dalam tujuan catatan ini saya tuliskan. Saya akan coba mengindra ulang, saat itu tangan kanan saya begitu ringan membantu yang membutuhkan selama saya bisa. Saat itu, saya mulai merasa mampu menikmati malam-malam percintaan dengan Allah. Saat itu saya sering menangis dalam solat meski hanya sekali yang sangat lebat, saya masih ingat saat itu sedang mengimami ummi solat isya dan tarawih. Saat itu saya berusaha mencintai dan merangkul setiap golongan atau bebagai macam tipe teman, dari yang belum baik (maaf) hingga yang arif dan baik. Saat itu, saya begitu mudah memahami kitab-kitab yang tak pernah saya pelajari sebelumnya. Dan banyak lagi Allah mensifati saya saat itu. Sekali lagi, saya hanya ingin menyebut nikmat ini, bukan kebaikan saya.
Maka sekarang………
Tangan saya mulai berat meski hanya seribu berinfak setiap hari. Jangankan infak, ketika teman kosan sedang butuh sekalipun kadang saya tak kunjung membantunya meski saya bisa. Jangan kan menikmati malam-malam percintaan seperti dulu, solat subuhpun kadang sering masbuuq dan tak jarang dilakukan dengan fardiyyah (sendiri). jangankan menangis dalam solat, saat membaca al-Quranpun kadang keringnya hati tak terasa tersirami. Mungkin karena sudah terlajur terlalu kering. Jangankan merangkul yang jahat, yang baikkpun kadang saya jahati.
Saya bersyukur, entah energi dari mana yang menggerakkan hati saya menulis catatan ini. Semoga saja ini adalah energi pertobatan yang dikirim Allah untukku melalui semilir angin pagi tadi, melalui tamparan matahari saat kubuka pintu kosan pagi tadi.
Saya sengaja menulis dua alam yang sangat berbeda ini. Anda bisa baca alam putih dan hitam. Saya tidak bermaksud menyebar aib sendiri, hanya saja saya ingin ini bisa bermanfaat bagi jiwa-jiwa yang mungkin kelak akan merasakan apa yang saya rasakan saat ini. Hanya itu, ingin bermanfaat saja. Semoga niat ini tidak bertentangan dengan kaidah syariah.
Yang terpenting dalam catatan ini adalah mengapa alam yang sebegitu putih tiba tiba saja berubah menjadi pekat dan hitam? Ini yang terpenting.
Cinta, Saya tidak pernah semenderita ini sebelumnya
Ya, betul. Saya mulai menyadarinya sekarang. Dulu saya betul-betul buta dan tertutup. Ini yang sangat memperihatinkan. Lebih lagi teman-teman seperjuangan sedang menderita penyakit ini.
Langsung saja, Iblis menjumpaiku mengenakan Jubah Malaikat.
Saat itulah pertama kali saya merasakan getaran cinta lawan jenis. Awalnya bukan ketertarikan karena wajahnya yang cantik atau sikapnya yang mengundang perhatian, tapi saat ini saya hanya ingin menjadi penunjuk bagi siapa saja tak terkecuali wanita yang sempat menggandrungi jiwa. Karena Iblis tau saat itu saya tinggal di penjara surga, ia bertamu kepada saya mengenakan jubah malaikat yang sangat saya damba. Sayapun menjamunya selayaknya menjamu malaikat karena saat itu saya tidak tau penyamaran itu. Meski banyak yang sudah mengingatkan saya, tapi saya masih saja berhasil membuat seribu satu alasan untuk terus menjamunya.
Ia datang atas nama cinta.
Ya Allah Ampuni Saya. Wanita itu tak terlalu cantik sebenarnya dibanding wanita lainnya. Namun saya merasa tertantang untuk mendekatinya. Awal-awalnya saya hanya ingin melakukan penelitian saja tentang cara pendekatan jiwa dan bagaimana berubah karakter seseorang dengan kekuatan cinta. Wanita itu saya tau tak rajin tahajjud sebelumnya, ia masih kekanak-kanakan meskipun sudah meremaja. Panjang seberna nya ceritanya, namun singkat saja. Sayapun berhasil mengambil hatinya, dan mebuatnya menjadi pribadi yang lebih santun dan dewasa. Saya dengar kabar ia mulai sering bangun malam, entah betul atau tidak.? Ketika ini terjadi, saya semakin yakin bahwa yang bertamu kepada saya waktu itu adalah malaikat bukan iblis. Sayapun merasa bangga, merasa lebih bisa dari guru-guru yang ada, saat itu kesombongan kadang menciprati niat baik saya (iblis masuk dari segala penjuru). Maka kebanggaan saya tak cukup sampai disitu, perubahan yang terjadi pada gadis itu membuat saya rasanya tidak tertarik seperti dulu saya tertarik padanya. Bukan karena ketertarikan saya berkurang tapi justru sebaliknya betambah padanya. Saya mulai melihatnya seperti bidadari yang begitu sempurna (iblis sedikit demi sedikit menggeser niatku). Hingga akhirnya saya berharap banyak darinya. Hingga suatu waktu harapan saya tak sesuai kenyataan, dan saat itulah saya bagai cacing kepanasan menderita tak karuan hanya karena wanita itu. Saya merasa seperti raja yang dihina pembantu kerajaannya. Saya mulai tidak menghiraukan Tuhan lagi kareana terbawa suhu derita itu. Inilah awal mulanya, semakin sering waktu-waktu saya habiskan hanya untuk mengingat dan menbayangkannya. Saya tidak menyadari lagi, malam malam percintaan dengan Allah mulai berkurang frekuensinya. Astagfirullah, sayapun seringkali lebih menikmati wajahnya ketimbang al-Quran yang ada di tangan saya. Inilah awal mulanya para pembaca. Inilah awal mulanya. Inilah awal mulanya. Inilah awal mula bencana itu.
Allaaaaaaaaaaaah.!
Sekali lagi, saya tidak bermaksud menyebar aib sendiri. saya hanya ingin pembaca tau dan bermanfaat bagi siapa saja yang berhasil mengambil hikmahnya.
Intinya, bahasa ringannya seperti ini, “AWALNYA SAYA MENDEKATINYA UNTUK BERDAKWAH, TAPI AKHIRNYA SAYA SADAR TERNYATA SAYA SALAH ARAH”.

Terus terang, saya menginderakan masa lalu ini sambil tersenyum-senyum. Mengingat masa-masa saya merasa menjadi malaikat. Mengingat masa-masa saya menderita yang penyebabnya hanya itu. Saya tak tinggal diam, saya jumpai malaikat yang betamu dulu itu, saya tanyai ia “MENGAPA SAYA MENDERITA? BUKANKAH SEHARUSNYA SAYA BAHAGIA?” dengan girangnya ia tertawa renyah kepada saya “DASAR GOBLOK, KATANYA SANTRI, SAMA SAYA SAJA MASIH BISA TERTIPU.” Begitulah iblis menimbali saya.
Sampailah pada sebuah kesimpulan, bagi anda yang saat ini sidikit tidak mengalami kemiripan dengan apa yang dulu pernah saya alami, saya harap anda mempercayai saya dan segera meninggalakannya. Saya sempat tertawa karena dulu saya pernah ikut-ikutan mengusung semboyan “kami tidak pacaran tapi sedang berdakwah” hehehe…
Saya setuju dengan Ust. Salim A Fillah, Cinta itu harusnya diambil dari langit dan ditebar di bumi. Seharusnya bukan jatuh cinta, tapi bangun cinta.
Pada akhirnya saya mengutip perkataan seorang ulama yang bernama Syeikh Junaid al-Bagdady, Beliau pernah ditanya tentang cinta, lalu beliau menundukkan kepala bersama cucuran air mata lalu berkata : adalah cinta ketika seseorang meninggalkan nafsunya, banyak mengingat-NYA, berdiri  melaksanakan kewajiban kepada-Nya, dan melihat dengan hati sanubari kepada-Nya. Hati terbakar dengan cahaya keagungan ilahi dan minumannya jernih datang dari gelas cinta.  Jika berkata-kata dia berkata-kata dengan Allah, jika berbicara berbicara dari allah, jika bergerak geraknya dengan perintah allah, jika diam maka bersama allah. Dia billah, lillah, dan ma’allah.
Yang tidak setuju, silahkan tinggalkan komentar dan kita diskusikan tentang hal ini. Saya menghargai perbedaan. Semoga Bermanfaat.!
Wallahua’lam.
                                                        
Abdul Faqiir,
Multazam Zakaria
Cp: 081918253603
Fb: Multazam Zakaria
Twitter: @azamzakariyya
Email: Azamibnuzakariyya@gmail.com
Categories:

1 komentar:

  1. cinta itu anugrah, merasakannya adalah fitrah, menjaganya adalah ibadah, karena jatuh cinta adalah mubah namun menyikapinya bisa menjadi pahala berlimpah atau malah menjatuhkan kita dalam dosa dan musibah, karena cinta anugrah yang luar biasa ka multazam zakaria. maka aku memilih memuliakan cinta, dan menjauhkannya dari cara2 nista dan seharusnya diletakan sesuai aturan sang pencipta....

    BalasHapus