Meracik Makna

“Apapun alasan yang ada, saya memang senang menulis dan saya akan memenuhi keinginan saya untuk tetap menulis. Jika apa yang saya tulis adalah sesuatu yang benar maka alhamdulillah, tetapi jiika tidak maka astagfirullah. (Hasan alBanna)

Selasa, 18 Desember 2012


Oleh : Multazam Zakaria
Mahasiswa STEI SEBI Prodi Manajemen Perbankan Syariah Semester I
 
Sebuah Pengantar
Peran penting pemuda telah tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang dimulai dari pergerakan Budi Utomo tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, proklamasi kemerdekaan tahun 1945, pergerakan pemuda, pelajar, dan mahasiswa tahun 1966, sampai dengan pergerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang meruntuhkan kekuasaan Orde Baru selama 32 tahun sekaligus membawa bangsa Indonesia memasuki masa reformasi. Fakta historis ini menjadi salah satu bukti bahwa pemuda selama ini mampu berperan aktif sebagai pionir dalam proses perjuangan, pembaruan, dan pembangunan bangsa. Wajarlah bila Founding Father Soekarno pernah berkata, “Datangkan kepadaku sepuluh pemuda, maka dengan mereka akan kuguncangkan dunia”. Ditangan pemudalah terletak permasalahan ummat, dan di kaki merekalah kehidupan ummat ini ditentukan. “Ketika aku menghadapi masalah-masalah besar, maka yang kupanggil adalah anak-anak muda.” Begitulah Khalifah Umar bin Khattab menuturkan.

Namun sugguh disayangkan, dibalik semua tinta emas itu, kita juga tidak bisa menutup mata dengan kondisi pemuda saat ini. Direktur Penindakan dan Pengejaran Narkoba Badan Narkotika Nasional, Benny Joshua Mamoto, mengatakan jumlah pengguna narkoba di Tanah Air mencapai 3,8 juta orang. Data ini dihimpun berdasar penelitian BNN dengan Universitas Indonesia tahun 2011.  Jumlah ini setara dengan 2,2 persen penduduk Indonesia. Kebanyakan pengguna adalah kaum profesional muda. "Sebagian besar pengguna dari kalangan anak-anak muda yang sudah mulai bekerja," ujar Benny, Kamis 15 Maret 2012. Tidak hanya itu, problematika yang terjadi pada pemuda masa kini sangatlah kompleks, mulai dari masalah pengangguran, krisis eksistensi, krisis mental hingga masalah dekadensi moral. Budaya permisif dan pragmatisme yang kian hari kian subur membuat sebagian pemuda terjebak dalam kehidupan yang serba instant, hedonis, dan terlepas dari idealisme sehingga cenderung menjadi manusia yang anti sosial. Semua problematika ini telah membungkam frame of thinking (kerangka berpikir) generasi muda., dan selanjutnya menggiring ke dalam culture of banality (budaya kedangkalan). Siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan bangsa ini melainkan pemuda-pemuda masa kini.
Mengingat problematika yang terjadi pada kaum muda saat ini yang bertumpu pada permasalahan sosial dan ekonomi, maka dipandang perlu agar semua pihak berkontribusi dalam menentaskan problematika-problematika itu dari segala bidang tak kerkecuali peran lembaga sosial kepemudaan. Hemat saya, Social Entrepreneurship merupakan salah satu solusi bagi problematika ini.
Kisah Nyata
Sebagai contoh nyata, kita tidak perlu menulis-nulis ulang kembali Dr. Muhammad Yusuf yang menerima Nobel Perdamaian 2006 sebagai social entrepreneur yang sukses dan berhasil menurunkan angka kemiskinan yang sangat signifikan di Banglades. Nampaknya tempat beliau terlalu jauh dengan kita, dan saya tidak ingin kita menghabiskan waktu hanya untuk mengkhayal-khayalkan itu. Tapi saya akan mengajak kita untuk melihat seorang sosial entrepreneur yang ada di Negara kita ini.
Berawal pada tahun 1998, ketika Indonesia memulai proses reformasi, terdapat 49,5 juta jiwa penduduk Indonesia yang miskin. Jutaan karyawan menerima PHK, tak terkecuali seorang pria kreatif yang menjelma menjadi seorang social entrepreneur dan mendirikan komunitas Lumintu (Lumayan Itung-Itung Sebelum Tutup Usia).
Lumintu merupakan industri rumah tangga kreasi anyaman sampah industri dan rumah tangga. Dirintis oleh Pak Slamet Riyadhi sejak tahun 1998. Dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga dan para lansia secara pemberdayaan masyarakat. Jadi industri rumahan tersebut memanfaatkan sampah-sampah yang ada untuk kemudian dibuat menjadi barang yang bernilai dan bisa digunakan kembali. Bapak yang berpenampilan sederhana itu menjelaskan panjang lebar kepada kami seputar Social Entrepreneurship yang digelutinya, “Orang kita (Indonesia) itu ga tertarik sama yang begini-beginian. Mereka pikir buat apa beli barang rongsokan begini, Tapi kalau sama orang luar mereka malah memuji kami. Kami mengirim 200 produk setiap bulan ke Belanda.” Tuturnya. “kreativitas mengubah nuansa pasar.” Lanjutnya. Beliau juga menjelaskan bahwa sebagian dari produk Lumintu merupakan karya anak-anak muda.
*Reportase hasil studi banding UKM Komunitas Lumintu oleh mahasiswa penerima beasiswa Enterepreneur Muda ZIS Indosat, 19 Oktober 2012.
Sebuah Definisi
Social Entrepreneurship merupakan sebuah istilah turunan dari kewirausahaan. Gabungan dari dua kata, social yang artinya kemasyarakatan, dan entrepreneurship yang artinya kewirausahaan. Pengertian sederhana dari Social Entrepreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial (social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare) (Santosa, 2007). Sesungguhnya Social Entrepreneurship sudah dikenal ratusan tahun yang lalu diawali antara lain oleh Florence Nightingale (pendiri sekolah perawat pertama)dan Robert Owen (pendiri koperasi). Pengertian Social Entrepreneurship sendiri berkembang sejak tahun 1980 –an yang diawali oleh para tokoh-tokoh seperti Rosabeth Moss Kanter, Bill Drayton, Charles Leadbeater dan Profesor Daniel Bell dari Universitas Harvard yang sukses dalam kegiatan Social Entrepreneurship karena sejak tahun 1980 berhasil membentuk 60 organisasi yang tersebar di seluruh dunia. Social Entrepreneurship mencoba melayani pasar yang belum digarap, menghilangkan kesenjangan dalam kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, demografis dan peluang bekerja (Elkington, 2008).
Social Entrepreneurship tersusun atas dasar 3 aspek, Voluntary Sector bersifat suka rela, Public Sector menyangkut kepentingan publik bersama, Private Sector adalah unsur pribadi atau individual yang bersangkutan, bisa termasuk unsur kepentingan profit.
Saatnya Kita Berkontribusi
Kondisi dan perkembangan kewirausahaan (entrepreneurship) di Indonesia belum begitu signifikan jika dibandingkan dengan negara lain. Pada tahun 2007 jumlah wirausahawan di Amerika Serikat telah mencapai 11,5 persen wirausahawan, Singapura 7,2 persen, sementara Indonesia baru memiliki 400.000 orang atau hanya 0.18 persen dari total penduduk Indonesia. Padahal, Menurut Peter Drucker diperlukan sekitar 2 persen wirausaha (inovatif) dari total jumlah penduduk untuk menjadi negara maju. Kewirausahaan memiliki peran dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa yaitu sebagai pencipta kesempatan kerja baru, penghasilan baru, inovasi baru, dan pembayar-pembayar pajak baru.
            Sebagai salah satu solusi untuk menentaskan masalah sosial kepemudaan, ada beberapa langkah yang harus ditempuh untuk mengembangkan dan membangun social entrepreneurship:
1.      Menyertakan Pelajaran Kewirausahaan Sosial ke Dalam Kurikulum Pendidikan
Seiring dengan semakin sempitnya lapangan pekerjaan menuntut setiap orang agar segera mendapatkan pekrjaan yang layak. Peran lembaga pendidikan tidak bisa dipandang sebelah mata, sekolah-sekolah dan kampus-kampus harus merubah asumsi yang telah melekat selama ini yaitu alumni siap kerja menjadi alumni siap menciptakan lapangan kerja. Untuk menciptakan kesadaran bahwa social entrepreneurship memiliki peran dan urgenitas dalam pembangunan ekonomi, maka ia harus dijadikan sebuah mata pelajaran atau topik yang harus dipahami dengan baik;
2.      Mendirikan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kewirausahaan Sosial
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kewirausahaan Sosial sepertinya perlu diadakan sebagai sentra pengembangan dan pembangunan social entrepreneurship;
3.      Memberikan Dana Hibah untuk Pendirian dan Pengembangan Bisnis Berbasis Kewirausahaan Sosial oleh Pemerintah atau Swasta
Peran serta pemerintah tentunya sangat penting untuk pembangunan social entrepreneurship. Adapun salah satu yang bisa dilakukan adalah pemberian dana hibah untuk mengembangkan social entrepreneurship. Semakin banyak dana hibah yang disalurkan artinya akan semakin banyak social entrepreneur yang akan mendapat tambahan modal, tentunya ini akan berdampak pada semakin majunya bisnis sosial (social entrepreneurship). Selama ini dana hibah yang yang diberikan oleh pemerintah maupun swasta untuk pengembangan bisnis secara umum tanpa mempertimbangkan tanggung jawab sosial. Oleh karena itu, pemberian dana hibah dengan persyaratan tanggung jawab sosial haruslah mendapat perhatian khusus, terus dilakukan dan diperbanyak untuk menambah lembaga-lembaga usaha yang berbasih social entrepreneurship;
4.      Mempromosikan Kewirausahaan Sosial kepada UKM-UKM oleh Pemerintah
Selain memberikan bantuan dana hibah, hal yang juga perlu dilakukan pemerintah adalah mempromosikan social entrepreneurship kepada UKM-UKM yang ada di Indonesia dan daerah. Ini merupakan aktivitas pengenalan social entrepreneurship kepada UKM-UKM agar setiap UKM mengetahui urgenitas dan manfaat social entreprenurship terhadap pembangunan ekonomi;
5.      Memberikan Insentif Serta Penghargaan Bagi Perusahaan yang Berkinerja Baik dalam Melaksanakan Tanggung Jawab Sosial
Kegiatan ini perlu dilakukan sebagai wujud kepedulian dan perhatian kita terhadap perusahaan yang melaksanakan tanggung jawab sosial dengan baik. Hal semcam ini dimaksudkan sebagai motivasi bagi perusahaan untuk lebih baik.
            Sampailah kita pada sebuah kesimpulan, yaitu problematika sosial kepemudaan yang sedang terjadi adalah tanggung jawab semua pihak, tak terkecuali lembaga-lembaga sosial. Social entrepreneur yang merupakan sebuah solusi haruslah mendapat perhatian khusus upaya mengembangkannya dan membumikannya di Negara kita Indonesia.

Identitas Diri:
Nama                    : Multazam
Nim                       : 41202078
Asal                       : Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI, Depok.
Prodi                     : Manajemen Perbankan Syariah
Angkatan             : 2012

0 komentar:

Posting Komentar