Meracik Makna

“Apapun alasan yang ada, saya memang senang menulis dan saya akan memenuhi keinginan saya untuk tetap menulis. Jika apa yang saya tulis adalah sesuatu yang benar maka alhamdulillah, tetapi jiika tidak maka astagfirullah. (Hasan alBanna)

Sabtu, 29 Desember 2012



Multazam Zakaria
Ketika kita menyadari bahwa hakikat hidup adalah penghambaan dan pengkhalifahan, dan kemudian kita mampu emngaktualisakinnya, maka inilah ciri dari aktualisasi keimanan. Penghambaan adalah bentuk ketaatan dan jalinan hubungan vertical antara hamba dengan Tuhannya. Begitupula dengan pengkhalifahan, hakikatnya adalah penghambaan atau pengabdian horizontal antara hamba dengan hamba. Pangkhalifahan adalah bukti penghambaan diri kepada Tuhan yang diterjemahkan dengan menebar kemanfaatan yang tidak mengenal ruang dan waktu. Inilah yang sebenarnya ingin saya katakan, merupakan sebuah kebohongan besar bila ada yang menggap diri telah berhasil melakukan penghambaan langit atau penghammbaan vertical tanpa dibuktikan dengan penghambaan bumi, pengkhalifahan atas setiap potensi, dan menebar kemanfaatan antar sesama.
Inilah kata kunci sebenarnya, inilah yang dimaksudkan sabda Rasul saw yang mengatakan sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.inilah hakikat hidup sebenarnya, sinkronisasi penghambaan dengan kebermanfaatan sebagai bukti kebenarannya. Ada kisah menarik yang ingin saya share di sini. Dikisahkan seorang sahabat yang sangat rajin beribadah, sibuk membangun bangunan penghambaan vertical dengan Rabbnya. Hingga iapun memilih untuk menyendiri dan menikmati masa-masa penghambaan dan berduaan bersama Tuhannya. Hingga batu tempatnya bersujud melekung bagai kolam kecil.
Terlalu khusu dia, hingga iapun lupa akan tugas khalifah yang Allah berikan untuk setiap manusia. Ia tidak peduli lagi dengan sekelilingnya, ia hanya sibuk beribadah dan lupa menyeru dan menevar kemnfaatan bagi orang-orang sekelilingnya.
Apa yang terjadi? Seorang sahabat yang mengetahu itu melaporkan kepada Rasul saw, lalu apa yang Rasul saw katakana? “ia bukan ahli surge” begitulah yang Beliau ungkapkan. Dan memang beginilah hukum yang terjadi, penghambaan tidak akan berarti tanpa adanya bukti pengkhalifahan dan menebar kebrmanfaatan kepada sesama sebagai bukti penghambaan horizontal kita.
Inilah rahasia dibalik mengapa kata amanu dalam al-Quran sering kali diikuti oleh ‘amiluu ass-holihat. Karena amal sholih adalah aktualisasi dari keimanan. Namun masalah sekarang bukan pada “mengapa?” Tapi pada “Bagaimana?”. Misalnya mengapa amanu selalu dikuti kata kata ‘amiluu assholihat? Ada pertanyaan yang lebih menggelitik dari pertanyaan ini. Pertanyaan tentang paradigm dan persepsi, bagaimana kita menerjemahkah ‘amiluu al-sholihat ? ini adalah pertanyaan yang harus kita jawab, karena sejak zaman nabi hingga kini sering terjadi kesalahan fatal dalam menerjemahkan amal sholih.
Banayak kita lihat kini, bahwa amal sholih dimaknai hanya penghambaan kepada Allah swt, yang hanya berupa ‘ubudiyah seperti solat, puasa, baca  al-Quran, dsb. Padahal kita hidup bukan hanya untuk tugas itu, ada tugas besar yang sering kita lupakan ketika memaknai amal sholih, tugas itu adalah tugas sebagai “khalifah bumi”. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.(Qs. Al-Baqoroh;30)" Allah telah mengamanahkan kita untuk mengkhalifahi, memimpin dan mengatur dengan sebaik-baiknya. Maka jika kita menyadari betul makna khalifah maka kita akan mampu menerjemahkan banyak hal sebagai amal sholih.
Maka proyek besar kita kini adalah bagaimana mengahdirkan kebermanfaatan yang sebesar-besarnya kepada ummat. Karena bagi saya, tiada yang lebih melapangkan diri selain member, dan berkontribusi untuk orang banyak.
Atas dasar inilah, saya memberikan apresiasi dan dukungan penuh kepada Bapak Fahrizal, salah seorang guru saya yang bekerja sebagai pembantu ummat. Membantu remaja, orang tua, dosen,  guru, mahasiswa, dan lainnya untuk menemukan potensi apa yang Allah telah titipkan kepada mereka, termasuk saya. Beberapa hari lalu saya bertemu beliau dan mendengarkan ide-ide dan gagasan dahsyatnya. Dinatara sekian ide itu, yang kami bicarakan adalah ide tentang “Remaja Indoesia Bermimpi”. Bagi saya pribadi, ide ini adalah ide tentang pengabdian, ide tentang kebermafaatan, dan ide tentang pengkhalifahan. Semoga niat baik beliau disampaikan oleh Allah swt, dan semoga ide dahsyat ini segera terwujudkan. Amiin

‘Abdul Faqiir,
Multazam Zakaria



Categories:

0 komentar:

Posting Komentar