*Bojongsari, 3:04 AM, 28 September 2012
Bismillahirrahmanirrahim
“Kematian hati, banyak orang yang
tertawa sedang maut mengintainya, banyak orang yang cepat datang ke sof solat
tapi ternyata cepat pula dia pergi. Dingin tanpa penghayatan. Banyak orang yang
sedikit beramal tapi disebut-sebutnya banyak sekali, merendahlah.! Engkau akan
seperti bintang gemintang berkilau dipandang orang di atas liat air dan sang
bintangpun jauh tinggi di langit. Janganlah seperti asap yang mengangkat diri
tinggi di langit padahal dirinya rendah hina.” (Sang Murobbi)
Sangat disesalkan bila dada-dada kita
ternyata hanya disesasakkan oleh mimpi-mimpi yang mendominasi tanpa menyadari
kehadiran dan keterlibatan Allah dalam setiap pencapaian mimpi itu. Kita kadang
terlalu fokus pada hal-hal yang hanya bersifat materi untuk meraih mimpi itu.
Saya sering tertawa melihat diri saya dan para pemimpi yang merindukan
kesuksesan, tapi hanya fokus dengan buku, materi kuliyah, mengerjakan tugas,
dan sejenisnya. Jujur, ada kebekuan selama ini yang terasa. Ada sesuatu yang
sepertinya terlupakan. Was-was, sayapun mulai mengingat-ingat meski sulit
sekali menemukan benang merahnya. Butuh bantuan sunyi malam untuk merenunginya.
ULIL ALBAB, subhanallah… tiba-tiba
kata ini hadir dalam benakku. Aku mulai ingat sedikit demi sedikit, ada hal
pokok dan unsur utama kesuksesan yang selama ini kita lupakan. Terlalu sibuk
kita mengurusi akal barangkali itu penyebabnya. “Mereka adalah orang-orang
yang selalu ingat kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan pada saat
berbaring. Dan mereka berfikir terhadap penciptaan langit dan bumi.”
(al-Qur’an).
Bacalah kembali surat Allah yang
telah Ia kirim untuk kita tapi sering kita lupa dan abai. Bacalah, lihatlah
betapa Allah menempatkan fungsi akal pada posisi yang kedua. Kita salah kaprah,
selama ini kita menyangka akallah yang paling berperan dalam kesuksesan kita.
Selama ini kita menyangka, orang yang cerdas adalah orang cerdas akalnya. Hanya
itu, ternyata tidak. Peran hatilah yang pertama kali disebutkan Allah dalam
surat-Nya mengenai karakter ulil albab itu. Kecerdasan hati, setelah itu barulah
kecerdasan fikiran. Lihatlah kembali, betapa Allah urutkan dengan rapih dan kita
bisa buktikan kebenarannya. Kita dapat membandingkan sendiri. Kecerdasan akal
memang lebih berperan jika yang kita inginkan hanya uang banyak dan kemegahan
dunia, namun cukupkah? Coba Tanya kembali diri kita, apakah kemegahan dan uang
banyak itu pasti memberikan kita kebahagian? Bukankah yang paling berharga di
dunia ini adalah kebahagian? Lalu bijak-kah namanya jika kita hanya fokus dan
menghabiskan energi yang kita miliki untuk hanya meraih sesuatu yang belum
tentu memberikan kita kebahagian.? Tidak, tidak bijak.
Maka yang terpenting, selain kita
menyibukkan diri dengan buku-buku pelajaran jangan lupa dengan Buku Sang Tuhan.
Cerdaskanlah akal kita, tapi yang terpenting adalah mencerdaskan hati kita.
Kecerdasan hati yang akan mengantarkan kita pada sejuknya taman kehidupan.
Kecerdasan hati yang akan memahamkan kita betapa bermakna hal-hal di sekeliling
kita yang salama ini kita acuh. Dan kegersangan hatilah yang akan menyeret kita
merasakan gerah dan pernak-pernik kegersangan jiwa.
Maka tugas kita sekarang tidak cukup
hanya menangis dan menyesali masa lalu, hal itu hanya akan membuat kita sedih dan
pilu. Mari bangun kembali hubungan kita dengan Allah yang selama ini kita tidak
menyadarai keruntuhannya. Mari biasakan diri kita untuk bernostalgia dengan-Nya
di sepi dan sunyi malam, agar hubungan kita dengan-Nya semakin mesra. Tidak ada
penolakan bagi yang saling mencinta. Mintalah apa yang ingin kita minta, dan
yakinlah permintaaan itu akan segera kita dapatkan. Mengapa tidak, kita meminta
pada Dzat yang kita cinta dan Mencintai kita. Mari mendekat kembali kepada-Nya
yang selama ini kita tidak menyadari terus menjauhi-Nya, menyembah-Nya tapi
justru melupakan-Nya, dingin tanpa penghayatan.
Tunggu apalagi? Segera nikmati
kesejukan itu, sirami tanah gersang hati ini, sekarang juga. Berdizikirlah..!
Wallahua’lam.
Dari tangan yang penuh noda,
-Multazam Zakaria
0 komentar:
Posting Komentar